
Wajah ceria calon pemimpin Maluku Utara (Foto Ist)
Sejak abad ke-13, kawasan Maluku Utara (Moloku Kie Raha) sudah dikenal sebagai penghasil rempah-rempah terutama cengkeh, pala dan kenari. Moloku Kie Raha diartikan sebagai persaudaraan penguasa empat gunung atau empat kesultanan, kita berharap Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yakni Pemilihan Gubernur (Pilgub) Maluku Utara (Malut) tahun 2018 dapat merefleksikan hal itu, bahwa para kandidat Gubernur bersama pasangan Wakilnya dapat melahirkan iklim politik yang kondusif, yang mampu menjadi magnet positif bagi daerah lain bahkan dunia Internasional untuk datang belajar tentang demokrasi yang sejuk di Malut.
Dalam rentetan sejarahnya, Malut merupakan daerah Kerajaan yang hidup sesuai koridor agama, dan nilai-nilai adat istiadat. Di Malut kita mengenal persaudaraan empat penguasa kerajaan diantaranya, Ternate (kerajaan Gapi), Jailolo, Tidore dan Bacan. Sehingga Moloku Kie Raha memiliki arti wilayah yang terdiri dari empat pulau gunung api, warisan sejarah inilah yang harus terus kita pelihara, jangan karena Pilkada nilai dasar yang dibangun atau diletakkan para pendahulu kita rusaki.
Malut yang juga kita kenal dengan kepulauan rempah-rempah (spice island), pernah diuji kekompakan rakyatnya dengan hadirnya kaum kolonial (imperalisme). Para penjajah baik dari Spanyol, Portugis, Belanda, Jepang, dan Inggris serta infiltrasi pedagang Arab yang memiliki kepentingan ganda, semua tirani itu dapat dilawan para pendahulu kita, dan kemudian kompak mengusir para penjajah dari tanah Malut tercinta. Semangat kebersamaan, kekompakan dan mari moi ngone foturu inilah yang harus menjadi falsafah hidup, dapat memacu generasi Malut untuk membangun daerah ini dengan sebaik-baiknya.
Meski belum final ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maluku Utara, tapi peta koalisi partai dan blok politik untuk Pilgub Malut 2018 mulai terlihat. Di beberapa postingan media sosial (Medsos), kita telah membaca beberapa kandidat yang telah melakukan deklarasi untuk maju di Pilkada, para bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur diantaranya; Ahmad Hidayat Mus-Rivai Umar (AHM-Rivai), yang diusung Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan, Burhan Abdurahman-Ishak Jamaludin (Bur-Jadi) yang berdasarkan informasi didukung Partai Hanura, PBB, Demokrat, PKPI, dan PKB), kemudian ada juga kandidat Muhammad Kasuba-Abdul Madjid Husen (MK-Madju) dengan koalisi PKS, PAN dan Partai Gerindra). Sementara itu, ada pula Rudy Erawan-Hein Namotemo (Rudy-Hein) yang dimajukan Partai NasDem dan PDI Perjuangan.
Kalau kita mengkalkulasi kekuatan para bakal calon yang ada dengan tarikan basis massa, seperti dukungan Suku Agama Ras dan Antar golongan (SARA) yang sering kali menjadi ‘makanan’ orang Malut dalam memetakan kekuatan politik. Maka, kedepan dipastikan praktek politik kita bisa tersandera, melahirkan instabilitas politik, ketidak nyamanan dan kemenangan Pilkada di tahun 2018 kedepannya akan menjadi ancaman baru bagi demokrasi kita. Sebab, akan retak kebersamaan, toleransi, cita-cita bersama membangun daerah, karena sudah pasti isu-isu SARA membuat diantara kita akan ada yang terlukai.
Untuk itulah, kita membutuhkan politik rekonsiliatif, kebiasaan politik damai, para kandidat harus menjadi ‘juru damai’ baik kepada pendukungnya maupun kepada masyarakat Malut secara luas. Kandidat harus bersatu padu memberantas para provokator politik, para pembuat berita hoax dengan mendidik masing-masing pendukungnya dengan etika komunikasi yang santun. Lumpuhkan semua corong-corong atau bibit propaganda yang pada akhirnya pembuat iklim Pilkada di Malut mengalami gangguan. Bila para kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur kesadarannya tersentuh, terutama terkait ‘politik damai’ dengan mengedepankan visi profetik, ini berarti Pilkada 2018 di Malut akan mengalami kemajuan luar biasa. Pemilih kita tidak lagi disandera dengan isu-isu sectarian (parsial) yang berdampak akal sehat publik menjadi rusak.
Bila di Indonesia kita mengenal Bhinneka Tunggal Ika, di Maluku Utara jauh sebelumnya kita telah mengenal semboyan Mari Moi Ngone Foturu. Berikut dilampirkan daftar motto (slogan, semboyan) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Maluku Utara, di Kabupaten Halmahera Barat kita mengenal semboyan Ino Fo Makati Nyinga, begitu pula di Kabupaten Halmahera Tengah ada Fogogoru, di Halmahera Selatan kita temui semboyan Saruma, ada juga Maku Gawene di Kota Ternate. Selain itu, semboyan dari Kepulauan Sula yang kita kenal dengan Dad Hea Ted Sua.
Selanjutnya, ada slogan Toma Loa Se Banari dari Kota Tidore, kemudian di Kabupaten Halmahera Utara ada Hibualamo, selain itu di Kabupaten Pulau Morotai terdapat semboyan Podiki De Porigaho dan Kabupten Halmahera Timur Limabot Fay Fiye. Cukup luar biasa, semboyan yang menjadi gagasan universal dari pemerintah Kabupaten/Kota se-Maluku Utara. Setidaknya itulah terbingkai sejumlah harapan-harapan humanis dari kita warga Maluku Utara, agar Maluku Utara secara keseluruhan lebih maju, terhindar dari konflik horizontal.
Pembangunan Provinsi Maluku Utara secara berkelanjutan hendaklah bersifat seperti penyerahan estafet yang dari satu kepemimpinan ke kepemimpinan selanjutnya berjalan damai. Tanpa harus ada keributan, kekacauan atau ‘pemberontakan’ yang kebanyakan lebih membawa mudharat bagi kita semua. Maluku Utara mau dibawa kemana kedepannya selepas tahun 2018, itu terletak pada komitmen pemimpin Maluku Utara kedepannya, ini sebabnya masyarakat diharapkan cerdas menentukan pilihannya. Jangan lagi gampang ‘tersandera’, mudah diintervensi, dan berhentilah menjadi ISIS (Ikut Sana Ikut Sini) yang tidak ada manfaat jangka panjangnya, stop menjadikan isu SARA sebagai senjata pamungkas saat kampanye.
Jauhkan saling adudomba antara sesama masyarakat Maluku Utara. Kepada para tim sukses atau tim pemenang, jadilah duta-duta perdamaian, bersikaplah seperti mentor politik yang mencerahkan pemilih, berhenti menjadi ‘pemicu’ konflik. Karena apapun itu, kepentingan Maluku Utara adalah yang utama, jangan karena libido kekuasaan, lantas kita menghalalkan segala cara. Silahkan memilih figur yang dianggap paling layak, angkat dan puji setinggi mungkin kandidat yang menurut kalian layak diperjuangkan, namun jangan sedikitpun menghina, menjatuhkan, mengfitnah dan membuat kampanye hitam lainnya kepada lawan politik anda.
Berdasarkan jadwal KPU, Pilkada di Indonesia akan digelar di 17 Provinsi, termasuk didalamnya Maluku Utara, 115 kabupaten, dan 39 kota. Disisi lain, kita pasti telah bersepakat pada nurani masing-masing, bahwa sejumlah nama-nama yang masuk sebagai bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara yakni putra-putra Malut yang terpilih. Mereka telah melewati banyak proses pematangan, popularitas mereka tak perlu diragukan lagi, telah dewasa dengan fitnah dan tuduhan, mempunyai integritas dan track record. Intilah mereka inilah generasi-generasi terbaik Maluku Utara. [***]
Catatan : Amas Mahmud, S.IP (Putra Malut dan Sekretaris DPD KNPI Manado)