
Senator Djafar Alkatiri memberikan materi (Foto Suluttoday.com)
MANADO, Suluttoday.com – Tumbuhnya ancaman komunisme memicu ketenangan di tengah masyarkat, tidak hanya itu. Bahkan komunis ditakar akan mengganggu konstruksi Pancasila, hal itu seperti disampaikan Wakil Ketua Komite I DPD RI, Ir. H. Djafar Alkatiri, MM.,M.PdI, Selasa (6/10/2020). Melalui acara Temu Tokoh Nasional di Manado Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Senator Djafar mengajak masyarakat untuk mengantisipasi bahaya komunisme terhadap keutuhan bangsa.
‘’Bahaya laten komunis merupakan ancaman nyata bagi Pancasila. Karena kenapa?, dalam ajaran komunisme tidak mengenal Ketuhanan, yang secara langsung kontras dengan nilai-nilai Pancasila. Itu sebabnya masyarakat harus kita edukasi agar makin mengerti musuh bersamanya, salah satu diantaranya yakni komunisme. Kita antisipasi penyebaran komunisme, taka da kompromi untuk paham komunis,’’ kata Senator Djafar di Kantor Perwakilan DPD RI Sulut.
Lanjut Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) yang juga Ketua Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Sulut itu menganjurkan masyarakat agar aktif mendeteksi situasi pergaulan sosialnya. Bagi Senator Djafar menjaga integrasi Indonesia adalah dengan mengamalkan 4 (Empat) Pilar Kebangsaan, tanpa sedikitpun kompromi dengan aliran pemikiran yang bertentangan dengan Pancasila.
‘’Menurut saya komunis merupakan ancaman nyata bagi Pancasila, mari kita lawan. Jangan lagi dibuatkan penggiringan isu seolah-olah komunisme menjadi bukan ancaman, tapi inilah sebetul-betulnya ancaman nyata bagi keutuhan Indonesia. Kunci memajukan dan menghadirkan kedamaian di tengah masyarakat yaitu dengan mewujudkan 4 Pilar Kebangsaan, tak ada yang lain. Demi kepentingan menjaga kokohnya NKRI, kita bangun kesadaran kolektif. Lahirkan rasa nasionalisme, kekeluargaan dan persatuan, tanpa sekat perdaan,’’ tutur Senator Djafar.

Pemaparan materi dari Senator Djafar (Foto Suluttoday.com)
Tak hanya itu, Djafar mengaku sedih dengan adanya fenomena yang seolah dihadap-hadapkan antara pemuka agama dengan pemerintah. Apalagi, embrio gerakan radikalisme ekstrimisme hanya dialamatkan pada agama tertentu. Padahal, kata Senator Djafar hal itu menjadi sebuah kesalahan berfikir. Politisi yang dikenal peduli pada kepentingan masyarakat kecil tersebut mengatakan seseorang yang taat beragama tak mungkil melawan Pancasila.
‘’Stigma buruk dan diskriminasi terhadap kelompok agama tertentu masih terjadi di depan mata. Ada tokoh agama yang dianiaya, pelakuknya dibilang orang gila. Kedamaian terhadap tokoh agama seolah hilang di Negara kita sendiri. Ini berbahaya. Benih-benih ketidakadilan inilah yang turut memicu anarkisme dan kriminalitas, soal ekonomi yang kebanyakan melahirkan hal-hal yang tidak kita harapkan. Mari kita muliakan para tokoh agama, mari kita bangun narasi yang cerdas, mencerahkan publik. Jangan agama tertentu yang dikambing hitamkan dalam kepentingan pembangunan. Begitu pula dengan komitmen kita melawan penjahat konstitusi yang berusaha merubah Pancasila menjadi trisila dan ekasila,’’ ujar Djafar tegas.
(*/Amas)